Bayangan itu masuk jauh ke
kenangan dikala saya masih berusia belia. Kala itu saya masih sekolah dasar. Saya
bersekolah didesa, jarak yang saya tempuh menuju sekolah cukuplah dekat sekitar
1,5 km. Waktu itu tidak ada fasilitas antar jemput seperti layaknya sekarang,
kebanyakan dari kami berjalan kaki kala berangkat dan pulang sekolah. Rasanya berjalan
kaki adalah hal biasa buat kami.
Nah saya teringat ketika saya
dalam perjalanan pulang dari sekolah ada satu lagu yang berjudul Si Ibu ( waktu
dulu g tau judulnya) yang bagi saya asyik sekali untuk dinyanyikan. Lagu ini
menggambarkan kegelisahan kami karena ditinggal ibu dan perut kami mulai lapar.
Oh iya bagi yang belum tau di bawah ini
adalah lirik dan terjemahannya.
Ibu nandi lawange dikunci(Ibu kemana pintunya dikunci)Cendhelane padha ditutupi(Jendela rumah juga tak dibuka)Iki wis wayahe jam siji(Sekarang sudah masuk pukul satu)Wis wayahe wetengku diisi(Sudah waktunya perutku dapat makanan)Kabeh yen tak takoni(Semua yang saya tanya)Mesthi mangsuli ora weruh(Pasti jawab tidak tahu)Kabeh yen tak takoniMesthi mangsuli ora weruh(Pasti jawab tidak tahu)Pencipta : Anonim
Kala itu setiap pukul satu ibu saya memang tidak ada
rumah, karena beliau harus bekerja. Saat ini saya tergelitik dengan lagu ini
betapa sebenarnya peran ibu dalam hidup itu tidak sembarangan. Perut lapar yang
bisa menolong hanya ibu, coba bayangkan lapar adalah gambaran dari kebutuhan
dasar manusia dan pemenuhannya hanya dapat dilakukan oleh seorang ibu. Jadi bagi
saya ibu
lah dasar hidup.
Bagaimana dengan anda pernahkah dengar lagu ini? Kalau ingin
tahu tentang lagunya silahkan dicari sendiri ya.
Sugeng siang Monggo dipun ngaturaken lelakon Si ibu
BalasHapus